Minggu, 08 Maret 2009

SeJaRaH KOTaKu SINGKAWANG


Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kerajaan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya, dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang Tionghua) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong, mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai Sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.





WiSaTa KOTa SINGKaWaNg




Pantai Pasir Panjang










Pantai Pasir Panjang telah lama menjadi tempat rekreasi yang terkenal, menghadap ke laut Natuna serta beberapa pulau kecil di sekitarnya, antara lain pulau Lemukutan, pulau Kabung dan Pulau Randayan. Perahu-perahu kecil dan speed boat dapat disewa di sini untuk menuju ke pulau-pulau tersebut. Sebagai sebuah tempat rekreasi, obyek wisata ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang serta disekitar pantai telah banyak hotel, cottage, toko-toko, diskotik dan fasilitas-fasilitas lainnya tersedia bagi wisatawan. Tempat ini sangat cocok bagi orang-orang yang menyukai olahraga renang, memancing, menyelam dan ski air atau berselancar. Pantai Pasir Panjang berada di Kecamatan Tujuhbelas, hanya 17 km dari pusat kota Singkawang. Kondisi jalan masuk telah beraspal dan dapat dilewati oleh kendaraan roda empat. Sarana transportasi dari dan ke Pasir Panjang berupa kendaraan umum, taksi, minibus maupun kendaraan pribadi.






Pantai Samudra Indah

Setelah 40 tahun menunggu pembenahan, akhirnya Pantai Wisata Alam Samudera Indah mulai diminati para wisatawan. Kendati jumlah kunjungan belum seberapa, Tetapi keunikan dan keragaman yang dimiliki membikin tempat ini sebagai salah satu kunjungan wisatawan lokal saat liburan. Letaknya cukup strategis dan merupakan patai dari posisi laut China Selatan. Pantainya memanjang dari arah selatan ke timur sekitar 5 kilometer. Sama seperti pantai lain di kawasan ini, Pantai Samudera dikaruniai pantai landai dengan pasir putih. Dan ketika sebuah daerah ramai kunjungan, tak pelak lagi, hampir sepanjang pantai diwarnai dengan toko-toko dadakan maupun permanen untuk mengaring pembeli. Tidak berlebihan sekiranya bilamana seorang dosen hukum dari Eramus Univesity Rotterdam, Belanda Sander L Gellalerty menamakan pantai itu nomor dua setelah Kuta, Bali. Namun sayang keberadaannya yang sudah puluhan tahun ternyata tak terpromosikan, hingga banyak yang tidak tahu keberadaannya. "Keindahan pantai Samudera tidak kalah dengan pantai di Bali. Tapi, herannya kok tak ada promosinya. Bagaimana investor mau menggarapnya, jika tidak tahu akan potensi semacam ini,'' ujar bapak dosen ini ketika bertandang ke kantor Biro Singkawang kemarin. Para pemilik modal memang sepertinya masih menunggu dengan pantai yang letaknya tidak jauh berbatasan dengan wilayah Kota Singkawang. Sebab, minimnya informasi investasi termasuk jarangnya promosi boleh jadi salah satu kendala mengenalkan pantai ini kepada para investor. Selama ini pantai Samudera seperti berada di balik kelambu kabupaten Bengkayang. Tetapi setelah kawasan pantai ini dibuka, kini banyak mata dari banyak kalangan bisa melihat langsung kemolekan tubuhnya. Pemadangan itu sendiri dapat disaksikan ketika liburan musim sekolah puluhan bahkan ratusan mobil kendaraan roda empat dan dua mengantri di bibir pantai. Bukan pemandangan pantai saja yang cukup menjanjikan mata guna dinikmati secara menyekuruh, namun bentangan daerah pantainya merupakan kawasan pertanian khususnya perkebunan. Sekitar wilayah pantai ini sejak lama merupakan sentra perkebunan kelapa termasuk perikanan laut yang cukup besar. Buktinya, rata-rata penduduk di tepi pantai masih memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan keluarga.Tetapi sayangnya, pemilik modal sepertinya belum belum tertuju kepada pantai ini. Hingga kini baru penduduk lokal saja yang mengelolanya. Itupun secara tradisional berkenaan pantai itu sudah terbentuk keindahannya secara alami.
Untuk menikmati indahnya laut, pengelola pantai Samudera menyediakan pondok yang letaknya di batu. Harusnya, investor segera masuk untuk membenahi lokasi agar potensi alam yang tersedia, tidak lepas begitu saja.
Pantai Samudra menjadi tawaran baru buat warga Kalbar khususnya Pontianak dalam mengisi liburan Sabtu dan Minggu. Disamping masalah jarak, pemandangannya alamnya masih tergolong asli.






Pantai Kura kura

Mempertahankan kondisi alam yang asli bisa menjadi konsep pengembangan objek wisata di Kalbar. Pantai Kura Kura dikelola memperhatikan konsep tersebut. Lingkungan pantai dipertahankan keasriannya sehingga turis asing pun tertarik menikmati keindahan alam. Pantai Kura Kura dalam kurun waktu satu tahun mulai dikenal. Pantai terletak di Kabupaten Bengkayang. Untuk mencapai lokasi wisata itu, dari Pontianak harus menempuh jalan sekitar 110 km selama 3 jam untuk sampai ke Tanjung Gundul. Bila dari Singkawang perjalanan ke Tanjung Gundul bisa mencapai 20 menit karena jaraknya sekitar 15 km. Setelah sampai ke areal Tanjung Gundul, kita harus meneruskan perjalan sekitar 3 km untuk dapat mencapai pantai Kura Kura yang berada di balik bukit kecil di bibir pantai. Sampai dilokasi kita akan terpesona melihat keindahan alam. Terlihat dua Cottage dan satu Dangau. Tempat itu semuanya terbuat dari bahan-bahan alam. Dindingnya terbuat dari kayu, atapnya dari Rumbia, lantainya dari batu bata dan arsitekturnya menyerupai rumah penduduk di kampung.
Satu Cottage dipergunakan untuk tempat tinggal, disitulah pemilik dan pengelola Pantai Kura Kura menetap. Satu Dangau dan Cottage diperuntukan bagi turis ataupun tamu yang berkunjung ke sana. Dalam Cottage berukuran 7 x 10 meter ada dua kamar, sedangkan di Dangau tidak ada kamar. Sekitar sepuluh meter dari tempat itu, terlihat jelas hamparan pasir berwarna kuning emas yang bersih. Bibir pantai yang landai dan masih asri itu, yang dikelola sekitar 700 meter. Air laut nan biru semakin menambah suasana pantai indah. Melalui pantai itulah kerap kali Kura Kura (Binatang langka yang dilindungi,red) naik ke darat untuk bertelur. Ketika hari mulai senja di ufuk Barat tampak matahari tenggelam, maka pemandangan alam yang indah dapat disaksikan. Keindahan alam karunia Illahi, tak akan dapat dijumpai seperti negara yang memiliki empat musim. Pemandangan ke arah laut natuna yang luas dan terlihat jelas beberapa pulau. Seperti pulau Kabung dan Penata. Saat malam menjelma, tak ada cahaya listrik di pantai Kura Kura. Hanya mengandalkan sinar bulan dan cahaya bintang dilangit. Terasa indah ketika kita menikmati syahdunya alam pantai ketika malam hari. Di Cottage pun, tak akan kita jumpai terangya lampu listrik. Yang ada adalah cahaya lampu minyak, yang bersahabat dengan lingkungan. Suasana kampung sangat terasa. Menurut Charlie Robertson dan Siska Robertson pemilik dan pengelola Pantai Kura Kura, sudah setahun lebih mereka menetap di lokasi pantai. melihat potensi alam yang indah, maka daerah itu dikelola untuk kepentingan wisata. tujuan utama adalah bagi turis luar negeri. Karena turis luar akan sangat tertarik dengan objek wisata yang alamnya masih asli. "Suasana pantai tetap kami pertahankan agar tetap asli. Kita tidak ingin pantai ini terlalu banyak dibenahi,'' katanya. Salah satu alasan mendasar mereka tetap mempertahankan lingkungan, adalah karena dipantai itu sering disinggahi Kura Kura. Hewan yang dilindungi itu bertelur dipatai, dan tetap dilindungi mereka. Makanya, ketika malam hari pengelola pantai hanya menggunakan lampu minyak untuk penerangan.


Meski baru setahun dikelola, namun keindahan alam di Pantai Kura Kura sudah terkenal hingga ke mancanegara. Pantai pasir emas dipadu dengan birunya air laut dan lingkungan yang masih asli menjadi daya tarik bagi turis. Bahkan daya tarik pantai bisa mengalahkan pantai kuta di Bali. Awal November 2003, Charlie Robertson dan Istrinya Siska Robertson mulai tinggal di Pantai Kura Kura. Mereka mendirikan cottage untuk tempat berteduh dan mulai menjaga dan mengelola pantai yang masih asli itu. Pohon kelapa yang sudah tua ditebang diganti dengan bibit kelapa yang baru. Lahan yang gersang di lereng bukit ditanami pohon, sedangkan kawasan pantai tetap dipertahankan keasliannya. Pantai itu sangat bersih dengan hamparan pasir warna kuning keemasan. Ini menjadi daya tarik bagi turis asing. Menurut Charlie, warga asal Skotlandia itu, sejak pantai kura kura (Kura Kura Beach) dikenalkan ke mancanegera, sudah ada beberapa turis asing yang menikmati keindahan alam di pantai. Sebut saja turis dari Slovenia, Amerika Serikat dan Belanda pernah berkunjung. Umumnya turis menikmati keaslian alam lebih dari satu minggu. Mereka betah mandi di pantai, berjemur dipasir dibawah sinar matahari, menikmati sunset, dan menikmati angin malam dibawah temaran cahaya bintang di langit. Bosan dengan suasana dipantai, turis berkunjung ke kampung yang tak jauh dari pantai. Mereka berbaur dengan masyarakat tradisional. "Turis asing sangat tertarik dengan suasana alam yang masih asli dan suasana perkampungan yang tradisional, kerena di negara-negara maju suasana seperti itu tak akan pernah dapat mereka jumpai," kata Charlie. Untuk lebih memperkenalkan Kura Kura Beach ke luar negeri, Charlie dan Siska sampai membuat website www. Kurakurabeach.com, sayangnya situs ini masih underconstruction. " Satu saja kendala di Kura Kura Beach, sinyal telekomunikasi telepon seluler belum bisa ditangkap dengan jelas. Mungkin kedepan perlu dipertimbangkan agar di Pantai ini ada dapat sinyal," harapnya. Pengembangan ke depan, pasangan suami istri ini menginginkan, dunia pariwisata di Kalbar ini harus mempunyai jaringan yang terpadu. Organsisasi pariwisata, pengusaha travel dan transportasi serta pengelola objek wisata harus memiliki jaringan dalam mengembangkan wisata. Sehingga turis yang datang dapat merasakan pelayanan yang optimal, dan keamanan mereka terjamin. " Bila kenyamanan dan keamanan dari turis asing yang berkunjung ke kalbar ini terjamin maka objek wisata di Kalbar akan banyak lagi dikunjungi turis," katanya.





Pantai Batu payung

Pantai Batu Payung terletak tidak jauh dari Pantai Pasir Panjang dan menawarkan sejumlah keindahan dan panorama dengan pulau-pulau kecil yang menghijau di kejauhan. Objek wisata ini adalah tempat yang cukup tenang untuk beristirahat. Pantai Batu Payung mempunyai pasir yang putih dan batu-batuan yang menjorok ke laut. Dinamakan Pantai Batu Payung karena salah satu di antara hamparan bebatuan tersebut ada yang berbentuk seperti payung. Jaraknya kira-kira 20 km dari pusat kota Singkawang, termasuk ke dalam Kecamatan Sungai Raya. Objek wisata ini dapat dicapai dalam waktu 45 menit dengan mengendarai bis umum atau kendaraan pribadi. Kondisi jalan masuk sudah beraspal sehingga dapat dilewati oleh kendaraan roda empat. Tempat penginapan dan restoran tersedia di sini.









Vihara Tri Dharma Bumi Raya

Kota Singkawang juga dikenal dengan sebutan kota Seribu Kuil, karena di setiap sudut kota ini dapat ditemui banyak bangunan wihara, atau lebih dikenal sebagai kelenteng atau pekong. Bangunan ini memiliki arsitektur yang khas, didominasi warna merah dan hiasan naga. Wihara Tri Dharma Bumi Raya (Jl. Sejahtera, Telp. 636232) adalah sebuah wihara yang terletak tepat di tengah-tengah kota Singkawang dan dipercaya sebagai tempat berdiam Dewa Bumi Raya yang menjaga kota Singkawang. Wihara ini telah didirikan sejak tahun 1933. Menurut cerita, di sisi bangunan ini pernah berdiri sanggar tempat mengikat kuda. Di sinilah orang-orang dari luar kota Singkawang yang ingin berbelanja menempatkan kuda dan gerobaknya. Pada 1936 bangunan wihara ini sempat terbakar hebat. Beruntung patung-patung persembahan yang terdapat di dalamnya dapat diselamatkan oleh orang tua Aheng, pemilik Restoran Aheng. Seusai kebakaran, secara gotong royong warga mengumpulkan dana untuk membangun kembali wihara yang terbakar itu. Namun hal ini ditentang oleh asisten residen pemerintahan kolonial Belanda karena letak wihara dianggap tidak sesuai dengan tata kota. Menurut legenda, istri asisten residen itu kemudian didatangi oleh Dewa Bumi Raya dalam mimpi tiga malam berturut-turut. Sang dewa memohon untuk dapat kembali ke tempatnya untuk menjaga kota Singkawang agar aman dan tentram. Setelah itu, permintaan warga untuk mendirikan wihara akhirnya dikabulkan. Setiap tanggal 6 bulan 6 tahun Imlek, masyarakat juga mengadakan upacara peringatan ulang tahun Dewa Bumi Raya. Tidak diketahui sejarah dimulainya peringatan tersebut.

Tidak ada komentar: